Tuntutan Buruh 28 Agustus: Hapus Outsourcing dan Upah Layak di Tengah Kenaikan Hidup
Hapus Outsourcing dan Upah Layak di Tengah Kenaikan Hidup
Tanggal 28 Agustus 2025 menjadi saksi gelombang aksi buruh di berbagai daerah Indonesia. Ribuan pekerja dari berbagai sektor industri turun ke jalan, menyuarakan tuntutan utama: hapus sistem outsourcing dan tegakkan upah layak di tengah tekanan biaya hidup yang terus meningkat.
Aksi ini berlangsung serentak di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Surabaya, Medan, dan Makassar. Para buruh membawa spanduk, bendera serikat, serta poster dengan slogan perjuangan. Suasana penuh semangat, meski dibalut dengan kegelisahan atas nasib kesejahteraan pekerja.
Latar Belakang Aksi
Biaya hidup di Indonesia semakin hari semakin tinggi. Harga pangan, transportasi, hingga kebutuhan pokok naik signifikan. Sementara itu, upah buruh dinilai tidak berbanding lurus dengan kenaikan tersebut.
Lebih dari itu, praktik outsourcing dianggap merugikan pekerja. Banyak buruh tidak mendapatkan kepastian kerja, jaminan sosial, maupun hak yang layak karena status mereka hanya sebagai tenaga kontrak lewat pihak ketiga.
Tuntutan Buruh
Dalam aksi 28 Agustus, buruh menyuarakan beberapa tuntutan utama:
-
Menghapus sistem outsourcing yang dianggap tidak manusiawi.
-
Menetapkan upah layak nasional, menyesuaikan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.
-
Menjamin hak jaminan sosial bagi semua pekerja, tanpa terkecuali.
-
Menolak pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak yang sering dilakukan perusahaan.
-
Merevisi regulasi ketenagakerjaan agar lebih berpihak pada pekerja.
Suara dari Lapangan
Salah satu orator dari serikat buruh di Bekasi menyampaikan:
“Kami bekerja keras setiap hari, tapi upah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Outsourcing membuat kami tidak punya masa depan. Kami menuntut pemerintah hadir melindungi buruh, bukan perusahaan besar saja.”
Seorang buruh perempuan di Surabaya menambahkan:
“Harga beras, minyak, transportasi naik. Sementara gaji tetap segitu-segitu saja. Bagaimana kami bisa hidup layak?”
Suasana Aksi
Aksi berlangsung tertib, dengan orasi, nyanyian perjuangan, dan teatrikal jalanan. Di Jakarta, massa berkumpul di depan Kementerian Ketenagakerjaan. Sementara di daerah lain, titik kumpul berada di kantor pemerintah setempat.
Meski ada penjagaan ketat aparat, mayoritas aksi berjalan damai. Kehadiran buruh perempuan, mahasiswa, hingga kelompok solidaritas masyarakat menambah warna dalam aksi ini.
Respons Pemerintah
Menteri Ketenagakerjaan menyatakan akan menampung aspirasi buruh dan menggelar dialog tripartit bersama perwakilan serikat pekerja dan pengusaha. Namun, banyak aktivis buruh menegaskan bahwa dialog harus diikuti dengan tindakan nyata, bukan hanya janji politik.
Makna Aksi 28 Agustus
Aksi ini bukan sekadar demo tahunan. Bagi banyak buruh, ini adalah jeritan hidup. Kenaikan harga kebutuhan pokok dan lemahnya regulasi ketenagakerjaan membuat mereka merasa dipinggirkan.
Solidaritas yang muncul di jalanan menunjukkan bahwa perjuangan buruh bukan hanya soal gaji, tetapi juga tentang martabat manusia. Aksi 28 Agustus menjadi pengingat bahwa kesejahteraan pekerja adalah kunci keadilan sosial.
Penutup
Gelombang aksi buruh 28 Agustus adalah alarm keras bagi pemerintah dan pengusaha. Tuntutan untuk menghapus outsourcing dan menegakkan upah layak bukanlah permintaan berlebihan, melainkan kebutuhan mendesak.
Rakyat pekerja berharap agar suara mereka tidak lagi diabaikan. Karena tanpa buruh, roda ekonomi tidak akan berjalan.
Comments
Post a Comment